Maraknya kekerasan di berbagai lokalitas tanah air dapat disebabkan oleh kurang efektifnya upaya pencegahan dan pengendalian kekerasan di masa lalu. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat kasus kekerasan seperti tawuran atau kekerasan fisik/perundungan terjadi di sejumlah daerah mulai dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar hingga SMA/SMK. Pandemi COVID-19 tidak menjadi penghalang kasus kekerasan pada remaja. Kejadian tawuran justru mengalami peningkatan selama 2021. Kondisi ini dapat disebabkan upaya-upaya promotif untuk pencegahan kekerasan di kalangan remaja masih belum menjadi perhatian. Pemerintah selama ini berfokus pada upaya pengendalian atau kontrol dilakukan ketika kekerasan telah terjadi.
Pusat perilaku dan promosi kesehatan FK-KMK UGM bekerja sama dengan Keluarga Alumni Kedokteran dan Yayasan Saworo Tino Triatmo mengadakan seminar online sebagai rangkaian Annual Scientific Meeting (ASM) untuk memperingati Dies Natalis FK-KMK UGM dan RSUP Dr. Sardjito pada Sabtu, 12 Maret 2022. Seminar dihadiri oleh Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, KPAI, Balai Besar Rehabilitasi Lido (BNN), dan Polda di wilayah provinsi DIY. Selain itu, webinar juga dihadiri oleh praktisi dan akademisi seperti; psikolog klinis, kesehatan masyarakat, perawat, guru, juga dosen dan mahasiswa.
Kegiatan dibuka dengan sambutan dari ketua ASM 2022, Prof. dr. Gander Retno Rahayu, MMedEd, Ph.D. Menurutnya, penyebab kekerasan remaja multilayer misalnya faktor orangtua, media sosial yang diakses remaja, teman sebaya, kesehatan mental remaja dan pengalaman kekerasan yang dialami remaja saat kecil dan penyembuhannya tidak tuntas. Dampak kekerasan remaja sangat besar, seperti pada kinerja akademis, kesehatan fisik dan psikologis sehingga kekerasan remaja perlu penanganan bersama dari berbagai pihak.
Dr. Budiono Santoso, Ph.D., Sp.FK menyebutkan bahwa kekerasan di kalangan remaja beragam yaitu perundungan, kekerasan fisik, tawuran, klithih (mencederai orang yang tidak dikenal), kekerasan seksual dan pembunuhan. Pembunuhan menjadi penyebab kematian tertinggi keempat, dan terjadi sekitar 200 ribu pembunuhan per tahun yang melibatkan usia 10 hingga 29 tahun. Sebanyak 3-24% pengalaman seksual wanita karena dipaksa. Upaya pencegahan dibutuhkan dengan mengelola faktor risiko di lingkungan keluarga, pendidikan dan masyarakat.
“Keluarga adalah lingkungan primer sebelum anak mengenal lingkungan yang lebih luas. Anak akan menyerap norma keluarga sebagai bagian dari dirinya”, Kata Dr. Majang Palupi, B.B.A., M.B.A. Pemerintah mengenalkan “Keluarga Tangguh” untuk mengembalikan 8 fungsi utama keluarga yaitu I) Fungsi keagamaan; II) Reproduksi; III) Sosial budaya; IV) Sosialisasi dan pendidikan; V) Cinta kasih, VI) Ekonomi, VII) Perlindungan, VIII) Pembinaan lingkungan.
Sekolah juga berperan mengembangkan kompetensi dan karakter remaja, sehingga dapat mengurangi keterlibatan remaja dalam kejadian kekerasan. Triad Suparman, M.Pd, Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Surakarta menjelaskan bahwa hal tersebut dapat dilakukan dengan penguatan pendidikan karakter di kelas saat pembelajaran, budaya sekolah melalui pembiasaan untuk mendukung karakter anak, misalnya berdoa sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar, memfasilitasi bakat dan minat anak, persamaan gender yang diwujudkan dengan perempuan yang menjadi petugas upacara di hari senin. Selain itu bekerjasama dengan dinas/lembaga yang berkompeten. Dukungan lembaga tersebut misalnya dengan sosialisasi PHBS dari Dinas Kesehatan, sosialisasi bahaya narkoba dari polisi dan pelatihan kedisiplinan yang melibatkan TNI.
Ketahanan sistem untuk mencegah kekerasan remaja tidak hanya membutuhkan sinergi antara lingkungan keluarga dan sekolah. Lingkungan masyarakat yang positif perlu diciptakan untuk mendukung upaya prevensi tersebut. Prof. Dra. RA. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D mengatakan bahwa lingkungan masyarakat yang positif dapat diupayakan dengan mengadakan kegiatan sosial untuk remaja, membangun jejaring untuk remaja dan memberikan tempat bagi remaja untuk menyalurkan bakatnya. (Penulis: Ifa Najiyati)
Materi webinar dapat diunduh disini
Kegiatan webinar dapat dilihat kembali melalui youtube CHBP FK-KMK UGM