Pada tanggal 19 April 2022 pada jam 13.00 – 16.00 telah dilaksanakan acara daring melalui platform zoom terkait “Peran Universitas Dalam Pelestarian dan Pengembangan Budaya” yang diadakan oleh Kagamadok Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada dan bekerjasama dengan Pusat Perilaku dan Promosi Kesehatan dengan mengganggas tema kebudayaan dan pencanangan forum budaya keluarga alumni Gadjah Mada.
Sebagai narasumber pertama dengan Prof. dr. Ova Emilia, MMedEd, PhD, SpOG(K) membahas topik terkait Peran keluarga dalam menanamkan kecintaan budaya dan kearifan lokal. Dalam pembahasan ini utamanya membahas peran Keluarga yang merupakan tempat awal dan terpenting membentuk karakter seseorang, melalui pembiasaan yang baik. Selain itu Ibu berperan penting dalam menanamkan nilai budaya dan kearifan lokal dengan memberikan contoh dimulai dari hal yang sederhana. Misalnya melalui permainan tradisional, tarian, makanan tradisional. Strategi tersebut merupakan sebuah langkah untuk mengantisipasi mempertahankan nilai-nilai identitas budaya dan kearifan lokal. Adanya penanaman budaya kepada anak atau keluarga, sehingga generasi yang akan datang memiliki pedoman dalam bersikap. Penanaman nilai budaya memiliki dampak yang luar biasa bagi generasi yang akan datang. Kita semua bertanggungjawab untuk meneruskan nilai budaya dan kearifan lokal kepada generasi yang akan datang, sebagai wujud mempertahankan identitas di era perkembangan zaman yang semakin pesat.
Pada narasumber yang kedua dengan ibu dr. Puspita Laksmintari Sp.KK yang membahas terkait ragam pesona kebaya dan kain batik sebagai identitas busana nusantara/nasional. Busana adat dan tradisi, adalah kostum yang mengekspresikan identitas daerah selain itu dapat mengekspresikan suatu suku, kelompok, atau dapat digunakan pada acara tertentu. Busana daerah lebih mengekspresikan elemen yang digunakan pada acara tertentu. Batik sebagai salah satu identitas nusantara. Batik memiliki ragam simbol selain itu perjalanan panjang perkembangan batik mengkombinasikan ragam pengetahuan dan ketrampilan. Pentingnya untuk memahami nilai sejarah, nilai budaya, nilai intelektual dan nilai ekonomi. kebaya dan kain batik sebagai busana nusantara dan nasional dapat dilakukan melalui kajian ilmiah, forum dialog pengetahuan & tata busana/kain, langkah nyata gerakan budaya, perbanyak komunikasi dengan komunitas pecinta, dukungan dosen dan mahasiswa, membangun pencitraan kebaya dan kain batik, membangun kampanye digital, penguatan UKM, memanfaatkan momentum.
Narasumber selanjutnya adalah ibu Dra. Djaliati Sri Nugrahani, M.A. dengan tema Mataram dalam perjalanan sejarah nusantara dan eksitensi perempuan. Perempuan memiliki peran penting pada masa kerajaan mataram. Konsep negara keselarasan makro dan mikro kosmos, raja berperan sebagai pusat kosmos sehingga harus memberikan kesejahteraan terhadap rakyat. Kerajaan merupakan sebuah replica makro kosmos. Konsep kepemimpinan, raja merupakan dewa dan hendaknya mempunyai sifat-sifat seperti para dewa yang diajarkan dalam asthabrata, seorang pemimpin harus mengayomi dan melindungi rakyatnya. Role perempuan dalam kepemimpinan, perempuan merupakan penjaga garis waris kekuasaan. Perempuan adalah sakti atau power of the god/perempuan sebagai pemberi nafas kehidupan. Perempuan diharapkan multitasking agar dapat menyelesaikan segala permasalahan dan tantangan. Perempuan masa mataram memiliki ketrampilan menguasai profesi tertentu, misalnya pemuka agama, struktur birokrasi kerajaan, penguasa daerah dan raja/ratu. Perempuan di era mataram dalam relief Borobudur ditempatkan sebagai yang sentral, perempuan sangat lentur, dg gambaran kasih sayang, kehalusan, nilai-nilai yang secara moral merupakan kebaikan yang terus menerus dijaga.
Ibu Dr. Atik Triratnawati, MA yang membahas Progam Bidang Kebudayaan Universitas Gadjah Mada dalam Melestarikan, Melindungi, dan Mengembangkan Budaya dan Kearifan Lokal. Beliau mengangkat bahwa peran universitas Gadjah Mada dalam melestarikan, melindungi dan mengembangkan budaya dan kearifan lokalMunculnya nilai-nilai budaya bangsa yang mulai terpinggirkan dan tersisihkan akibat kondisi pengaruh globalisasi, sehingga beberapa nilai menjadi terkikis misalnya kebersamaan, keadilan, kepantasan, kejujuran dan kedamaian. Hal tersebut terjadi diantaranya karena kurangnya contoh atau panutan bagi rakyat. UGM berperan menonjolkan nilai nilai tersebut (kebersamaan, keadilan, kepantasan, kejujuran dan kedamaian ) sebagai identitas bangsa. Indonesia merupakan negara multikulturalisme, seharusnya menghormati dan menumbuhkankembangkan nilai-nilai luhur melalui edukasi yang dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. UGM dapat berupaya mengembalikan nilai2 yang terpinggirkan serta nilai lokal dapat diangkat dan dikenalkan pada generasi yang akan datang.
Dr. dr. Darwito, SH, SpB(K) Onk, dr. Fajar Waskito, Sp.KK(K), M.Kes. dan dr. Bambang Sardjono, MPH dengan pencanangan Forum Budaya Keluarga Alumni Gadjah Mada
Budaya nusantara adalah pilar bangsa, dengan anak bangsa dan anak negeri yang harus paham terkait hal itu apabila tidak mungkin akan hilang dari peradaban karena budaya adalah mozaik dari sabang hingga marauke.
Sebagai langkah utama sebagai forum agar nantinya perkembang dan budaya dapat menjadi pembicaran prioritas dan menyadarkan bahwa Indonesia harus ada dan nusantara harus ada, dengan mensemai kembali budaya agar generasi muda tidak lupa akan dengan budayanya. Forum ini dapat menjadi media untuk pencerahan dan informasi dari berbagai keilmuan dengan adanya forum budaya keluarga alumni Gadjah Mada. (Penulis: Renie Cuyno Mellen)
Materi dapat diunduh disini
Sertifikat dapat diunduh disini
Kegiatan dapat disaksikan kembali melalui youtube CHBP FK-KMK UGM